Kamis, Desember 01, 2011

Sifat-sifat Orang Indonesia yang Bikin Susah Maju

Terlalu serius di pagi hari.

Tidak semua orang memiliki sifat-sifat ini, tapi setidaknya ini adalah usaha saya merekam kebiasaan saya sendiri dan orang-orang di sekitar saya.

1. Tidak percaya diri
Inilah yang menyebabkan orang Indonesia mudah ikut-ikutan. Tidak pede dengan pa yang dimiliki. Belum mengurus apa yang dimiliki sebelum diklaim bangsa lain ataupun atau dibilang bagus oleh orang barat. Melihat dari kejadian batik, juga produk kecantikan yang berasal dari Eropa, Amerika, dan Jepang yang laris manis, padahal jelas-jelas secara geografis dan kebutuhan kulit berbeda.

2. Tidak punya tabungan
baltyra.com
Banyak orang Indonesia yang tidak punya tabungan karena terlalu komsumtif. Jika memiliki uang lebih langsung mencari post anggaran, jika mendadak sakit bingung cari pinjaman. Salah satu konsumsi orang Indonesia yang sangat menonjol adalah telepon seluler. Selama bertahun-tahun Indonesia didaulat untuk launching pertama seluler-seluler canggih karena tingkat konsumsinya yang tinggi. Bahkan lirik parodi The Bugil mengatakan Orang Indonesia katanya miskin tapi pada punya BB. Menyakitkan.

4. Latah
Seneng banget ikut-ikutan budaya orang lain, valentine, hellowen, april mob. Web-web dan majalah lokal sibuk membahas itu tiap kali tanggalnya akan tiba. Gaya berpkaian juga ga kalah ikut-ikutannya. Suatu majalah remaja pernah membahas trik berbusana musim semi di Indonesia. Kebayang jika mereka yang tropis dan kita yang di 4 musim, sedangkan kita berkiblat pada mereka. Bisa-bisa para remaja hipotermia karena tips yang ikut-ikutan.

6. Senang Jadi Pegawai
Ini bukan rahasia lagi, pertumbuhan enterpreneur di Indonesia jauh dibanding negara-negara tetangga. Tiap ada rekruitment pegawai jumlah pelamar bisa ribuan kali lipat dari yg dibutuhkan. Bahkan suap juga bukan hal baru dalam usaha mendapatkan posisi, terlebih di rekruitment pegawai negeri.

7. Lebih sering Reaktif daripada proaktif
Orang Indonesia mudah sekali terpancing dan reaksi-reaksinya sering kali emosional. Sebagai contoh ketika terdengar gosip bahwa kadal air Malaysia menjadi saingan TN Komodo di ajang New 7 Wonder, masyarakat cenderung reaktif. Bukannya mengecek kebenarannya dengan mengunjungi web resmi N7W tapi langsung mengirim SMS sebanyak-banyaknya.

hariansobek.com
8. Materealistis
Tidak munafik bahwa materi itu penting. Tapi juga tidak semua orang secara sadar materialistis. Hal ini terlihat dari tingkah para pejabat. Banyak yang berusaha menduduki jabatan supaya memudahkan akses terhadap sumber uang. Gaji dan tunjangannya memang tidak seberapa tapi persenan dari para pengusaha yang menggunakan jasanya biasanya lebih besar.

Hal ini juga terlihat di dunia pendidikan, dimana pendidikan dipandang sebagai investasi. Hasilnya adalah lulusan-lulusan yang menuntut uang investasinya kembali.

9. Senang Copy Paste
Perilaku copy paste ini terlihat jelas dalam gaya hidup, dan tips-tips kecantikan. Setiap kali mencari info gaya hidup dan kecantikan sangat sering menemukan bahwa artikel tersebut hasil terjemahan, dan artikel terjemahan seringkali tidak memperhatikan latar belakang budaya untuk siapa tulisan tersebut disajikan. Tanpa sengaja saya pernah menemukan Tips berbikini di sebuah majalah remaja. Entah editornya sekaligus penulisnya males atau majalah tersebut kekurangan bahan saya tidak tahu. Perilaku copas ini juga terjadi di web-web pribadi. Jika web besar seperti wolipop.com fimela.com saja cuma transate apalagi web personal. Iya kan. Gimana bakal tambah kraetif kalo begini terus.

Prilaku menyadur cerita juga terjadi di dunua film. Meskipun banyak film Indonesia menang festival film di luar negeri tapi tak sedikit yang gayanya monoton seperti film-film horor, atau tema-tema ceritanya nyontek film dari Korea, Jepang, dan Hollywood. Bahkan sinetron pun bentuknya sangat mirip telenovela.

10. Lebih sering mengakses infortainment daripada berita
Bagaiman tidak, berita perceraian artis dibahas lebih detail daripada skema korupsi.

11. MementingkanNilai Ujian
dedeazisnagara.blogspot.com
Tidak dipungkiri bahwa niai ujian itu penting, kita butuh itu buat lulus. Kenapa mesti nilai yang utama, bukan proses di dalamnya. Bahkan bukan cerita baru jika ada siswa yang memilki nilai sejarah bagus tapi tidak tahu apa isi sejarah itu. Bagaimana mungkin menghargai pahlawan bangsa jika pengertiannya hanya sampai soal ujian.

Bukan bermaksud menggurui. Ini adalah peer kita bersama.

2 komentar:

  1. anda bukan yang pertama bertanya demikian. Tapi saya belum posting hasil copas ataupun terjemahan. :D

    BalasHapus