Jumat, November 23, 2012

Menerobos Malam demi Sunrise Puncak Suroloyo

Matahari perlahan muncul dari balik perbukitan.
Apalagi tujuannya kalau bukan mengejar sunrise. Kali ini lokasi perburuan kami adalah tempat yang katanya adalah salah satu titik sunrise terbaik di Yogyakarta, Puncak Suroloyo. Untuk ke sini saat matahari terbit memang butuh perjuangan terlebih kami belum tahu jalurnya.

Lokasinya yang agak jauh di luar kota Yogya, yaitu di kecamatan Samigaluh, kabupaten Kulonprogo, membuat saya dan Putri terjaga jam 3 pagi dan memulai perjalanan sekitar pukul 3.30. Malam sebelumnya sedapatnya saya mencari rute dan alamatnya untuk dilalui, juga jadwal matahari terbit.

Cahaya matahari membentuk siluet di Puncak Suroloyo.

Setelah sekitar dua jam perjalanan, seharusnya tidak selama itu karena sepertinya kami jalan memutar sekaligus menjumpai jalan menanjak dengan aspal keropos dan lubang di sana sini, sekitar pukul 05.39 kami tiba di parkiran puncak Suroloyo. Lalu dengan terengah kami berlari menaiki tangga yang sepertinya tak habis-habis, kami harus berlari demi menyaksikan kemunculan pertama matahari hari itu karena sunrise diperkirakan sekitar pukul 05.41. Benarlah apa kata google,  saat kami tiba di puncak berkas sinar matahari kuning telah  mulai menyorot langit.
Putri berpose untuk kenang-kenangan perjalanan kami.
Terpesona dengan kejaiban alam kami terdiam sambil mengulum senyum. Tak sia-sia kami menyempatkan diri, gogling, bangun dini hari, mengestimasi waktu perjalanan, berlari menaiki ratusan anak tangga, semuanya dengan sendirinya terbayar oleh kebahagiaan luar biasa bisa menyaksikan semua keindahan ini.

Alam begitu menghipnotis kami. Matahari mulai menghatkan bumi, semburat warna kuningnya sangat megah, dan awan pun perlahan menyingkir dari puncak-puncak perbukitan, berada lebih rendah dari tempat kaki kami berpijak. Jadilah kami di ketinggian sekitar 1000mdpl tapi serasa diatas awan.

Sambil minum susu saya mulai melakukan kebiasaan buruk, berharap seseorang itu ada di sini, saling tersenyum dan sama-sama bahagia menyaksikan semua ini, (red; orang yang hanya bisa dibahagiakan dengan keindahan alam). Harapan semacam itu selalu bisa merusak pemandangan dan moment seindah apapun. Membuatku selalu merasa kurang, atau malah mencari-cari kekurangan? Keindahan alam yang hanya beberapa menit itu akhirnya tercemar oleh pikiran negatif. 

Saya menuruni tangga saat matahri mulai tinggi.
Setelah matahari telah agak tinggi kami memutuskan untuk turun. Beberapa pengunjung lain pun berdatangan, tapi tak ada yang lebih pagi dari kami. Saat turun kami masih bingung dengan rute yang kami lewati, 3 kali memutar jalan yang sama dan satu kali terjebak di jalan buntu. Kadang kebodohan diri memang mesti diakui dan dimaklumi, kami memang lemah dalam kemampuan ekolokasi. Sambil cekikikan kami menyaksikan seorang kakek di depan rumah yang terlihat bingung seolah baru saja mengalami de javu saat kami melintas di hadapannya untuk yang ke 3 kalinya.

Terlalu mubazir rasanya kalau langsung pulang, perjalanan pun kami lanjutkan ke gua kieskendo, karena perjalanan lanjutan ini tanpa management kami mengandalkal plank yang dipasang oleh dinas lalu lintas dan GPS (Gunakan Penduduk Setempat).