Rabu, Juni 08, 2011

Sendiri Lagi di Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta 2011


Seperti tahun-tahun sebelumnya Pekan budaya Tionghoa Yogyakarta deigelar di daerah Ketandan. Tahun 2011 ini dilakasanakan tanggal 13-17 Februari.

Av cuma datang pada hari terakhir yaitu tanggal 17 Februari. Berbagai masakan china tersedia di sini –biarpun ga mampu beli-. Masih sempat menyaksikan pagelaran wayang Poo Thay Hie. Av berdiri di belakang anak-anak yang duduk di kursi menonton wayang kecil itu.

Jangan bayangkan wayang ini seperti pagelaran wayang kulit atau wayang boneka yang besar apalagi membayangkan wayang orang. Wayang Poo Thay Hie adalah wayang boneka tangan. Maininnya adalah dengan memasukkan tangan ke dalam boneka tersebut kemudian memainkan boneka sesuai dengan perannya. Jangan coba-coba mengingat wajah bonekanya, cukup perhatiin kostumnya. ‘Coz itu boneka ga ganti-ganti kostum koq. Kalau kostumnya beda berarti perannya juga beda.

Boneka-boneka tersebut keluar secara bergantian di panggung yang berbentuk rumah-rumahan dalam ukuran kecil, sang dalang, asistennya, dan kru music berada di balik tirai panggung. Selama pagelaran wajah sang dalang tertutup tirai sedangkan tangannya terus memainkan boneka dan mulutnya mengucapkan dialog wayangnya –jadi mereka ga perlu repot-repot dandan pakai kain, beskap, dan blangkon apalagi di make-up. 

Kru music memainkan music latar sesuai cerita. Av ga tau mereka pake skrip cerita atau tidak seperti OVJ.
Bahasa yang dipakai adalah campuran Jawa, Indonesia, dan Mandarin dialek Hokkian, sungguh rumit tapi cukup dalangnya aja yang ngrasain  –mereka hafal dialog atau pake running teks, av jg ga tau heheh. Jangan heran, dalang wayang ini sepertinya bukan keturunan China –tidak tau juga kalo ternyata hitachi, alias hitam tapi China, pokoknya banyak yang av ga tau-- , sama saja dengan Barongsai yang memainkkan bukan hanya keturunan China atau gamelan yang tidak hanya ditabuh oleh orang Jawa. Pokoknya pekan budaya Tionghoa ini untuk semua. Oh iya perangkat musiknya ga ada gamelannya, Av sempat ke belakang panggung tempat perangkat musik pengiring dimainkan dan lagi-lagi ga tau nama-namanya.


Seneng banget bisa nonton, biarpun cuma sendiri. Celingak celinguk ga ada yang kenal. Ya sudah, menyibukkan diri dengan pikiran sendiri. Tidak lupa dalam hati mengomentari para penjaga perdamaian yang memakai seragam ala pasukan khusus. Lengkap dengan sarung senjata, kacamata hitam, serta gelas kopinya.
Eh belum mudeng apa ceritanya wayangnya udah bubaran. Mau tanya dalangnya –seperti biasa dengan memasang wajah bodoh, atau lebih halusnya lemot-- ceritanya tentang apa  ga tega ma dalangnya. Wajahnya dah kliatan capek banget, apalagi kalo masih mesti menghadapi kebodohan Av. Selamat tinggal cerita wayang.

Karena tahun ini tahun kelinci di pintu masuk pengunjung di sambut oleh dua ekor kelinci besar-besar, di depan panggung pentas juga ada dua ekor kelinci besar-besar persembahan dari perusahaan kacang, semua kelinci tersebut ga berdasi, jadi tak perlu kawatir akan di grebeg FPI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar