Sabtu, Oktober 29, 2011

Sepeda Dan Pemuda

Selamat sore, masih adakah suasana sumpah pemuda, setidaknya di hatimu? Tenang tak usah terlalu dipikirkan. :D


Hadiah sumpah pemuda kali ini adalah bisa ikut Jogja Last Friday Ride (JLFR) untuk pertama kalinya. JLFR adalah acara bulanan berupa sepedaan bersama keliling kota pada hari jumat malam yang terakhir tiap bulannya. Pesertanya adalah mereka semua yang berkenan, selama sepedanya tanpa motor, dan tak pandang usia apalagi muka.


Av bareng Amir. Berangkat sudah terlamabat, tidak memungkinkan untuk menuju tempat start di Kridosono Jogja sehingga kami memotong rute dan menunggu di Alun-Alun Utara.


Bersepeda santai menyusuri jalanan kota Jogja dibawah temaramnya lampu-lampu kota. Menyenangkan, ramai, dan berkeringat. Para pengendara kendaraan bermotor sejenak 'dipakasa' memberi jalan, menggoda gadis-gadis belia yang mulai matang dan mencari perhatian. Meskipun beberapa wanita berpenampilan menggoda sering berkomentar negatif jika ternyata penampilannya memang mengundang godaan.


Sebenarnya siapapun tak mau dilecehkan, meski kadang malah melecehkan diri sendiri, padahal yang wajib menghagai diri pertama-taman adalah diri sendiri. Initinya jika tak ingin dianggap sebagai komoditas jangan berpenampilan seperti dagangan. Sederhana bukan?


Beraktivitas dan berkeringat membuat hidup kita lebih bahagia, dan bahagia membuat tidur lebih nyenyak, tidur nyenyak membuat kita dapat berpikir lebih jernih, dan menjadi lebih produktif. Jadi bersepeda itu baik.


Seharian kemarin jalanan memang kulalui dengan bersepeda, dari kos di jalan Wates km 10 ke Monjali, dari Monjali ke Alun-Alun Utara untuk menunggu rombongan JLFR yang lain, dari sana keliling dan finish di Mangkubumi, dari Mangkubumi kembali ke kos di jalan wates Km 10 melalui Malioboro. Total jarak tempunya sekitar 60km.


Sebelum Pulang Av membuat status, "terlalu cpek, masi harus nyepeda 11km, da yg mau merescue av?" dan sampai Gamping sesorang itu benar-benar ada. Temen sekampus. Tapi Av menolak, perjuangan tinggal sedikit lagi,  menyerah di akhir akan merusak keseluruhan cerita hebatku. Itu menurutku, tapi sebenarnya aku adalah wanita dengan 70% gengsi, dan 20% mengandalkan diri sendiri. Mencoba berusaha sendiri dulu, kalu sudah mentok baru minta tolong, meski kadang malas, dan lebih sering mengandalkan bantuan.


Diiringi lagu-lagu alternatif rock dari Geronimo Fm, terus mengayuh sepeda hingga akhirnya sampai di kos. Selesailah kerja si sepeda kemarin. Oh iya, sepedaku, si Polygon Monarch 2.0 itu kuberi nama Gunawan, semoga memang menjadikan manfaat.


Budaya bersepeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar