Jumat, November 04, 2011

3 Agustus 2011, Kebun Buah Mangunan

Dari puncak Kebun Buah Mangunan Tampak Sungai Oya
 membelah perbukitan (Sony Ericson T700)

Tiga Agustus 2011, masalah yang sama sekali tidak elegan itu masih mengekor di pikiran. But, holydays are never end.

Kali ini perjalanan dimulai pukul 14.30, menuju arah Imogiri, bukan makan Raja-raja Mataram, hari sudah terlalu sore untuk berkunjung ke makam yang belum pernah kami datangi. Av dan kali ini dengan Uci menuju kebun Buah Mangunan.

Perjalanan cukup jauh, berliku dan banyak tanjakan. Semakin jauh dari kota jogja udara semakin dingin. Semakin sore dan daerah yang dituju pun semakin tinggi.

Prilaku Vandal Pengunjung (sony Ericsson T700)
Tiba juga di kebun buah tersebut pada pukul 16.00. Tiket masuk Rp. 5000. ‘Bayar 1 aja mbak solanya udah sore.’ Yeah. Beruntung lagi.

Buah yang ada hanya jambu air, sepertinya datang di musim yang salam. Langsung saja tancap gas menuju puncak. Dari sana pengunjung bisa liat aliran sungai Oya yang membelah perbukitan dengan airnya yang berwarna hijau karena banyak lumut, serta pemukiman penduduk yang berada di dekat tepian aliran sungai.

Mentari bersinar lembut dan angin tak henti menderu mengacak rambut dan menggoyang pepohonan. Perjalanan yang menyenangkan membuat lupa akan rasa lapar. Hari ke-3 puasa saat itu. Puas meikmati pemandangan sungai dan perbukitan perjalanan lanjut ke arah kecamatan Dlingo. Jika jalurnya benar akan sampai di Jalan Wonosari-Jogja.

Tak seberapa lama kami menemukan jalan yang redup oleh tanaman pinus (atau cemara ya, Av ga tau bedanya) sehingga hari terasa lebih cepat gelap. Sinar matahari tak terlalu tangguh menembus celah popohonan yang nyaris rapat.

Tempat yang teduh dan damai tak salah jika ada pasangan yang sedang foto preweding, mungkin temanya back to nature, tapi koq kostumnya maliakat putih bersayap yah, atau temanya pesta kostum? Tidak tahu juga. Akhirnya sampai juga di Dlingo, di lereng bukit yang menghadap barat. Menyempatkan diri menyaksikan terbenamnya matahari dengan anak-anak setempat yang tidak berpuasa.

Setelah matahari terbenam perjalanan kami lanjutkan menuju jalan,  dan masih di kecamatan Dlingo kami menemukan bukit tempat menonton lampu-lampu Jogja dalam area yang lebih luas daripada bukit bintang. Uyehhh.

Tanpa mampir ke bukit bintang Alun-alun selatan menjadi tujuan selanjutnya untuk makan malam.

Itulah 3 Agustusku, bagaimana 3 Agustusmu? :P

Tidak ada komentar:

Posting Komentar