Sabtu, November 05, 2011

Cinta Kandas Karena Kelamin, Haruskah?

Siapapun kamu, bagaimanapun
ujung-ujungnya minta kelamin
(Kelamin Uber Ales, The Panasdalam)

Meskipun idealnya cinta tidak harus berhubungan secara kelamin, tapi seringkali kelamin secara langsung dihubung-hubungkan dengan cinta. Bahkan tidak jarang cinta kandas karena hal satu ini dan dengan demikian bisa dikatakan bahwa cintanya kurang tulus. Sekali lagi itu idealnya. Tiap orang boleh punya alsan apapun dalam urursan cintanya. Termasuk salah satunya alasan kelamin. Sebagian mungkin berharap cinta itu jatuh seperti hujan dari langit, kalo udah jatuh tinggal tadahin pake ember, dan sebagian yg lain lebih percaya bahwa cinta itu seperti harta mesti berjuang keras untuk mendapatkan dan menjaganya tapi juga harus meluangkan waktu untuk menikmatinya.

Setidaknya ada 3 masalah cinta dan kelamin yang diketaui dan dapat dibayangkan.
  1. Inspired dari The Pandal lagi dalam lagu pedofilia, cinta kandas karena usia mengapa kita berjumpa. Pedofilia sudah jelas merupakan masalah, bagaimana bisa seseorang menyalurkan hasrat seksualnya jika yang dihasrati belum matang secara fisik dan psikis. Kasus-kasus pedofilia sering kali merupakan pelecehan seksual, pemerkosaan anak dibawah umur, penipuan dengan iming-iming boneka atau permen, dan bisa juga korban traficking. Tapi jika si anak bilang, "Aku mencintainya dan dia mencitaiku," menirukan dialog sinetron dan telah menjadi seorang drama queen apa yang bisa orang dewasa lakukan? Merombak acara televisi setelah ada anak-anak yang jadi korban cinta-cintaan.
  2. Aku takut kamu suka pada diriku, Karna memang aku bukanlah lawan jenismu (Bukan Lawan Jenis, Efek Rumah Kaca). Cinta yang datang bukan dari lawan jenis kadang sering kali juga menjadi masalah. Pandangan masyarakat mengenai hal ini beragam. Beberapa negara mengijinkan pasangan berjenis kelamin sama menikah dan memiliki hak yang sama dengan heteroseks. Bagaimanapun pendapat masyarakat perasaan sifatnya sangat indivual. Masyarakat bisa menentang atau mendukung tapi kenyamanan hanya pelakunya yang tau. 
  3. Masalah yang ketiga adalah jika malah tidak memeiliki kelamin. Salah satu contoh yang terkenal adalah laksamana Ceng Ho yang cintanya mesti kandas karena kelamin. Laksamana tersohor dari negri Cina tersebut adalah seorang kasim. Ia dikebiri jauh sebelum ia menjadi seorang pejabat kekaisaran. Selama pelayarannya ia berlabuh di suatu tempat, seorang wanita ingin menjadi istrinya (kalo tidak salah dengan taaruf, karena Ceng Ho adalah muslim yang taat dan penjelahannya bukan dalam usaha penaklukan) ia menolak karena dalam hukum agamanya seorang lelaki tidak boleh menikah jika tujuannya untuk menyengsarakan. Walaupun tak punya keinginan menyengsarakan pastilah ia sadar ia punya kekurangan yang entah bisa dikompromi atau tidak. Dia laki-laki dan normal. Berbeda kasus dengan trans gender yang memang memutuskan untuk berganti kelamin. 
Cinta kandas karena kelamin, haruskah?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar