Pernah mengalami masa-masa sok tahu? Saya pernah dan masih. Kadang seseorang menjadi sok tahu kalau merasa lawan bicaranya tidak tahu, atau memang punya sifat sok tahu saja, bisa juga karena senang menguasai pembicaraan.
Ngomongin apa saja gayanya seperti dewa pengetahuan, ahli hukum, teolog, atau ahli kejiwaan, merasa paling tengil, dan sebagainya. Jika yang diajak bicara tidak mengerti mungkin akan sedikit merasa hebat tapi jika ternyata lawan bicaanya lebih tahu kemungkinannya si lawan bicara senyum-senyum saja sambil mendengarkan dalam hati dan menganggapnya sebagai hiburan, langsung membantai karena tidak sabar dengan pernyataan-pernyataan lawan bicaranya, atau malah jadi perang mulut tidak karuan jika si ahli tidak dapat menjelaskan gagasaanya dengan efisien, bisa juga karena orang yang sok tahu itu begitu ngototnya, mungkin dalam rangka menyelamatkan wajahnya karena malu yang diajak bicara lebih tahu, atau memang tetap merasa lebih tahu dari orang lain. Mengakui kesalahan dan kelemahan sendiri memang lebih sulit dariada sekedar mengakui kehebatan orang lain.
Berikut contoh kejadian sok tahu yang saya dan beberapa teman kawan alami;
>>> Pernah seorang kenalan dari Makasar berceramah mengenai bahasa Jawa, mungkin dari bahan yang sepintas dia dengar selama beberapa bulan jadi mahasiswa di Yogyakarta. Dia bilang di Jawa tidak ada huruf 'B' adanya 'mB', semua kata berawalan 'b' akan menjadi 'mb'. Misalnya mBantul, mbah, mbangun, mbecak, dan lain sebagainya.
Saya kira kengototannya tidak beralasan. Dia berbicara dengan orang yang 20 tahun berbahasa Jawa dan tinggal di Jawa sedangkan dia baru datang beberapa bulan dan ngotot bahwa 'b' harus menjadi 'mb', meskipun bukan ahli bahasa Jawa tapi saya tahu bahwa 'biyung' tidak dibaca ataupun diucapkan 'mBiyung', 'budi pekerti' juga tidak menjadi 'mbudi pekerti', bocah juga tidak menjadi 'mbocah'.
Saya cuma nyengir sambil mengerutkan kening.
>>> Membahas agama orang lain kadang bisa menjadi topik yang menyenangkan untuk menambah pengetahuan mengenai kebinekaan negeri ini. Tapi jika sudah mulai tidak toleran merasa paling benar mestinya dihentikan saja karena agama adalah topik yang sensitif.
Seorang teman pernah membicarakan tata perceraian penganut Katolik di bengkel motor, kawan saya ini muslim, ia dengar dari diskusi sekilas dengan kawan lain yang beberapa diantaranya Katolik dan Kristen. Seorang ibu-ibu yang juga di bengkel dan ternyata Katolik merasa harus meluruskan pembicaraan mengenai perceraian di agamanya tersebut tapi teman saya itu tetep kekeh menjelaskan, sedangkan ibu itu tetap merasa bahwa tidak sepenuhnya demikian. Kawan satunya malu, dan pura-pura tidak mendengar. Beberapa saat kemudian ibu itu pergi karena jengkel.
Sok tahu seperti ini bisa jadi awal yang bagus untuk memulai konflik umat beragama jika tak ada yang mau mengalah.
>>>> Saat sedang menunggu bis di terminal Giwangan Jogja seorang ibu-ibu berdiri di sebelah katanya mau ke Klaten. Ia membiarkan 1 bis Sumber Kencono lewat, padahal setau saya bis itu akan lewat Klaten dalam perjalanannya ke Surabaya. Tak berapa lama lewat lagi bis jurusan Surabaya.
"Ini bisa ke Klaten kan Bu?" Saya pura-pura bertanya.
"Saya ini orang Klaton koq diajarin," jawanya di depan orang-orang yang juga sedang menunggu bis.
Plak...sok tahu bisa mempermalukan diri sendiri.
>>>> Seorang kawan seseorang di kampus lain, saat sedang ada acara, yang dari awalnya sudah sok-sokan. Pertama dia mengaku mahasiswa kedokteran kejiwaan. Padahal teman saya tahu betul di sana tidak ada jurusan kedokteran.. Akhirnya dia mengaku bahwa jurusannya psikologi. Seorang mahasiswa psikologi mestinya tahu bahwa pendidikan psikologi dan kedokteran jiwa itu sama sekali terpisah. Kemudian dia berbicara mengenai kesadaran, hingga sampailah pada hipotalamus.
Kawan saya iseng dengan bertanya, "Hipotalamus itu apanya hipopotamus?"
"Itu juga bagian otak yang tidak jauh dari hipotalamus cuma saya lupa fungisnya," jawabnya.
Kawan saya sakit perut menahan ketawa demi tidak menyakiti perasaan lawan biacaranya. Jelas lawan bicaranyanya itu sangat 'mbanyol'. Hipotalamus adalah bagian dari otak yang mengatur sekresi hormon sedangkan hipopotamus adalah kuda nil yang belum pernah jadi bagian otak maupun menjadi pembahasan dalam psikologi faal.
Teman saya tidak pernah memperkenalkan diri sebagai mahasiswa psikologi, kami juga tidak tahu apakah 'anak itu' sekarang sudah mengerti perbedaan hypotalamus, hippocampus, dan hipopotamus.
Sifat sok tahu bisa menjadikan seseorang bahan lucu-lucuan orang lain tanpa si pelaku menyadarinya.
>>>> Pernah seseorang tak dikenal menjelaskan tentang kamera analog, bagaimana orang 'luar negri' memandang kamera analog, saat itu saya sedang motret dengan Pentax 1000. Saya biarkan dia ngoceh selama hampir 1 jam sambil motret.
Mendadak ia tampak tolol saat tak bisa menyebutkan 1 seripun kamera analog, dan merubah topik pembicaraan mengenai zodiak.
Benar kata peribahasa, air beriak tanda tak dalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar