
Hingga pada suatu hari di tahun ke tiga memutuskan 'cintai apa yang ku punya." Ya, dan saya berhenti berpikir tentang digital, sementara. Analogue is the best that I ever had.
Saat kemudian harga cuci scan negative naik 140% di Duta foto di bulan Oktober. Guncangannya cukup keras, tapi itu masih mengukuhkan pendirian saya pada analog. Segala perbuatan butuh keiklasan, butuh keseriusan. Saya saya lanjutkan pacaran dengan analog walau harga yang membumbung. Jer basuki mowo bea. Jer basuki mowo bea. jer basuki mowo bea bisikku pada diri sendiri.
Dua rol terakhir dibayar dengan memotong anggaran beli vitamin, masih tetap no make up, no laundry. Sempat ngiler dengan blus di etalase toko, tapi menghidupi kamera sepertinya lebih penting. Live is going flat without camera.
Sentakan terakhir harga cuci scan telah naik 200% menjadi 30 ribu per rol film. Kado akhir tahun yang buruk. Itu adalah berita paling membuat shock sepanjang 2011. Ini benar-benar membuat saya berhenti dari analog. Baru jatuh cinta, belum sempat menikah apalagi bulan madu sudah dipisahkan dengan brutal.
Harga. Salah 1 hal yang bisa membuat hidup banyak orang tertekan, dipermainkan, juga tergilas. Bahkan saat cinta diukur dari seberapa banyak kau bisa membayar. Seperti sekarang ini.
Untunglah developer negitve film itu bukanlah minyak atau beras sehingga kenaikannya yang 3 kali lipat tidak membuat seluruh rakyat gonjang ganjing. Cukup orang-orang seperti saya yang terkena imbasnya.
Saya memutuskan segera berpaling ke digital. Sorry to my analogue for leaving. Semoga tercapai di ulang tahun saya tahun depan. Semoga. Biarlah menjadi satu dari sekian kasih tak sampai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar