Jumat, Desember 09, 2011

Bukan Cewek XL (Lagi)

Ih, punyamu kecil. Punyaku donk gede. Gedean punya Ibuku. Ya, lebih gede punya bapakku. Gede punya pak presiden. Ga lah, gedean punya Tuhan.

Nah loh. Anak-anak aja udah pada ribut soal ukuran. Ternyata ukuran emang sering kali jadi masalah. Karena kekecilan, terlalu besar, atau karena ga tau gimana cara ngukurnya, ataupun karena tidak tahu gimana baiknya, yang kecil apa yang besar.

Mengukur diri sendiri juga tidak kalah pentingnya. Kalo sampi salah ukur akibatnya langsung terasa. Misalnya celana jeans inih, saya pikir saya XL ternyata itu terlalu besar dan celananya mlorot setiap kali saya pakai, mesti memakai ikat pinggang dan itu merepotkan tiap kali mau buang air.

Saya tidak mengamati perubahan tubuh saya sendiri selama beberapa waktu, itu artinya celana-celana saya yang lain juga longgar tapi saya tidak mengamatinya. Artinya lagi saya terlalu nyaman dengan ukuran sebelumnya, dan perubahan ukuran ini membuat saya keluar dari zona nyaman dan menyesuaikan diri lagi.

Ukuran yang tidak sesuai harapan sosial kadang mengundang orang lain untuk menyakiti. Salah satunya menyakiti secara verbal. Sengaja atau tidak sengaja seseorang seringkali memberikan komentar menyakitkan tentang ukuran orang lain, atau milik orang lain.

"Molennya mas kecil seh?" Ngomentari molen Rp. 2ooan.

Dasar penggemar winnie the pooh ampe perut dibikin sama. Pas ada ibu hamil lewat.

Komentar bisa menjadi pemacu untuk lebih baik, tapi sebenarnya kebanyakan komentar tidak berarti dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Mereka hanya mengambil kesenangan dengan mencari kekurangan orang lain. So, mau XL atau XXL bahkan 2011XL pun yang penting adalah kenyamana pemiliknya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar