Jumat, Januari 13, 2012

Keracunan Pikiran

foto by Dwi Mamima
Beberapa hari belakangan ini sepertinya sudah mengambil keputusan dan pilihan yang buruk. Tidur 8 jam sehari dan 16 jam sisanya dipakai untuk memikirkan hal yang tidak diinginkan.

Bisa bayangkan berapa banyak energi dan waktu yang terpakai untuk memikirkan hal yang tidak diinginkan itu. Makan 2 kali sehari, kopi, teh, minum, vitamin, bensin, mandi, istirahat, dan semuanya itu hanya dipakai untuk mendukungku berpikir tentang apa-apa saja yang tidak kuinginkan.

Hal yang tidak diinginkan itu biasanya adalah hal buruk. Jadi ber hari-hari ini aku menghabiskan waktu, tenaga, biaya untuk mendukungku memikirkan hal buruk dan jika berlarut-larut akhirnya perbuatan buruk juga terjadi.

Tipe pria yang tidak aku sukai,
sikap yang menyebalkan
para perempuan dan lelaki munafik
orang-orang yang tidak malu makan uang orang lain yang kesusahan
bupati Bima yang mandi darah rakyatnya
menteri kehutanan yang terlalu banyak alibi dalam menyelesaikan tanah adat
walikota Jogja yang tidak berani mengambil keputusan untuk menjadikan jalan Malioboro bebas kendaraan bermotor
orang yang menganggap diri atasan tapi tidak memperhatikan bawahan bahkan melupakan hal pokok semacam gaji
para manusia nyinyir yang bisanya mencemooh
manusia mesin yang pikirannya cari uang
orang-orang yang suka menipu, mendustai
tapi dengan enteng minta maaf dan dengan lebih enteng lagi mengulangi
juga orang-orang yang mengambil tindakan yang egois dan menyalahkan orang lain atas kepengecutannya
tingkah orang-orang yang tidak peduli sekitar
orang yang mencuri sabun dan pasta gigiku
yang membuang sisa makanan di tempat sampahku sehingga diaduk-aduk kucing
motorku yang tidak nyaman dikendarai
siku kiri yang tak bisa dipakai bertumpu
rahang kiri yang ngilu
jerawat datang bergantian
Bapak yang dengan menyebalkan menanyakan kapan skripsi selesai
Dika Angga yang tidak ada waktu untuk diajak ketemu
Diyan yang mulai meninggalkan teman-teman demi mempersiapkan pernikahan
orang-orang yang berkendara membahayakan orang lain
dan segala yang tidak kusuka yang daftarnya bisa dari nol kilometer di Loksumawe di Aceh hingga Papua New Guine.

Orang macam apa yang hidup untuk membuat daftar apa yang tidak diinginkan. Lelah saya dengan kekacauan yang dibuat sendiri. manusia menyebalkan akan terus ada, tumbuh lagi seperti rumput ilalang. Dan aku gunakan seluruh asetku untuk hal semacam itu. Itu lucu tapi aku masih sedang bmelakukannya sambil menertawakan diri sendiri.

Intinya adalaha ku bosan dengan segala rutinitas yang tidak membawaku kemana-mana. Semua harus diselesaikan baru mulai hal lain. Belum ketemu rumus persamaannya penyelesaianya hal yang sekarang hal lain itu sudah tidak menungguku lagi.

Rasanya seperti dipojokkan. Dipaksa menjadi juru kunci atas kuburan sendiri. Hidup ditekan tapi mati dilarang. Pikiran yang buruk membuat hidup semakin payah, menjadi bosan dan muak terhadap kehidupan.

Biasanya aku ingin berlari. Berlari terus dan belum berhenti hingga Kilimanjaro. Tapi aku tak punya keinginan lebih kuat daripada sekedar kata-kata. Itu cukup menunjukkan betapa pikiranku telah sedemikian dijangkiti penykit membual. Pemimpi tanpa realisasi. Teori tanpa aksi. Reaksi minus responsi. Menjadi liar tanpa mejadi player. Menuntut tanpa menuntaskan kewajiban.

Saya di sini sekarang. Suatu keadaan terpisah dengan diri sendiri. Keracunan pikiran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar