Yups...bis nonon film The Fall yang diperanin Lee Pace. Jadi tersadar betapa rapuhnya kehidupan.....dan terkadang ingin mati saja.
Nyaris tiap denger orang bunuh diri karena putus cinta orang-oarang malah ngakak-ngakak bilang dia bego, tolol, dan sejenisnya. mungkin emang dimikian, tapi sebelum ketawa ngakak kenapa ga liat dulu esensinya. kenapa sampe pada keputusan bunuh diri. padahal tanpa bunuh diri pun sebenernya banyak orang yang sebelumnya dah mati jiwanya. tubuhnya masih bernafas tapi tidak ruhnya. bahkan termasuk yang ngakak2 itu sendiri.
"Hati manusia sebenrnya pengecut makanya gampang banget dikelabuhi," tu penggalan dialog dari film 3 idiot. mungkin ja bener. Selalu ada ketakutan buat hidup sendiri, takut mengalami rasa sakit, dan takut lain-lain. Atau mungkin sebenernya kita sering melekatkan arti hidup kita pada seseorang, pada suatu profesi atau hobi, atau pada suatu keadaan misalnya kecantikan atau kekayaan, jadi ketika kita kehilangan semuanya hidup seolah tak berarti lagi. Tak ada yang bisa dilanjutkan tapi terlalu mengerikan -atau mungkin terlalu enggan- untuk memulai kembali. Ya....ya....ya.....The Fall.
Semua mempertanyakan darimana kita berasal, kenapa kita di sini, kemana kita pergi setelah mati (terjemahan sepenggal lirik lagu Dream Theater, The Spirit Caries On). Mengapa hidup penuh dengan rasa sakit, dan kejatuhan. Hingga Soe Hok gie begitu tergila-gila naik gunung, hanya untuk mengerti the secret of making, rahasia dari penciptaan. Apakah hingga akhir hayatnya ia mengerti, I don't even know. Setidaknya dalam hidupnya ia pernah mengalami kepasan, dia pernah berjuang dengan keras hatinya, pernah dipuja-dipuja kerena keteguhan dan keberaniannya, ia pun pernah ditolak dan diasingkan. Hingga ia mati sebagai serigala yang gelisah.
Jadi masih mau ngakak-ngakak denger berita orang mati bunuh diri karena outus cinta????? Bagi saya cinta bukanlah alasan yang konyol untuk mati, tapi ketakutan buat hidup sendiri dan terpisah dan ditolak itulah yang konyol. Tak ada hidup tanpa kesepian, tanpa penolakan, tanpa pengalaman keterasingan. Meski seringkali kita menghadapi hal-hal yang tak terduga tapi tidak segala hal berada di luar jangkauan, kita selalu punya kontrol internal yaitu pilihan. Menjalani pilihan itu mungkin suatu saat akan merasakan hal yang menyakitnkan, mungkin juga mengecewakan tapi akhirnya kita akan bisa berkata bahwa 'inilah pilihanku'. namun katika kau takut memilih atau memilih tapi tak menghasrati dan mencintai pilihan itu selamanya akan terombang-ambing dan akhirnya hidup dalam ketidakpuasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar