Rabu, April 06, 2011

Sekaten Yogyakarta 2011

Para abdi dalem keraton menggotong gunungan menuju Masjid Gede

Acara tahunan di Yogya ini memang selalu menarik para fotografer, dari yang professional hingga belajaran. Kamera SLR, digital analog, pcket, hp, bahkan mungkin juga toy camera bersaing untuk mendapat best picture pada moment ini. Tidak hanya masyarakat yang 'ngalap berkah' yang rela berpanas-panasan dan berdesakan menunggu gunungan di rayah, tapi para fotografer tidak kalah setianya.


Ribuan masyarakt dari Yogyakarta dan sekitarnya berkumpul memadati alun2 utara untuk sekedar menyaksikan arak-arakan gunungan ini ataupun untuk ngalap berkah (berebut mendapatkan bagian dari gunungan itu). Mereka rela berdesakan, berpanas-panasan mengajak istri, orang tua dan anak-anak mereka.
Sekaten merupakan rangkaian acara dalam rangka memperingati Maulud nabi Muhamad SAW. Pada tahun ini jatuh pada tanggal 15 Februari 2011 tetapi di jogja sendiri puncak acaranya dilaksanakan pada tanggal 16 Februari sedangkan daerah lain yang juga menyajikan gunungan sebagai puncak acara adalah keraton Solo yang merayakan pada tanggal 15 Februari.

Pemain tongstan sedang memperbaiki kendaraannya
Rangkaian acara sekaten berupa pasar malem, kemudian pada tanggal 5 Rabiul awal sepasang gamelan yang menjadi ciri khas sekaten dikeluarkan dan dibawa ke masjidagung yang berada di sebelah barat keraton ritual ini disebut miyos gongso. Sepasang gemel;an tersebut bukan diletakkan di dalam masjid tetapi sebuah tempat khusus, yang memang dipersiapakn untuk meletakkan gemelan tersebut tiap kali sekaten yang disebut pegongan.

Pengangkutan sepasang gamelan tersebut dari keraton ke masjid agung sendiri merupakan sebuah prosesi upacara yang dilakukan pada malam hari tanggal 6 Mulud pada kalender jawa. Kedua perangkat gamelan tersebut akan dimainkan secara bergantian, terus menerus hingga puncak acara sekaten yaitu keluarnya gunungan. Gemelan dimainkan dengan nada yang berbeda-beda, para niyogo bergantian menabuh gamelan dan istirahan pada saat waktu sholat, dan malam jumat hingga selesai sholat jumat, baru setalah itu akan ditabuh kembali.

Pedagang musiman menjajakan perlengkapan kinang dan telur merah yang merupakan salah satu tradisi dalam rangkaian sekaten.
gamelan keluar dari keraton ini maka tradisi nasi gurih pun dimulai. Masyarakat mulai menjajakan nasi gurih dengan lauk ingkung ayam, telur merah, dan perlengkapan nginang yang terdiri dari tembakau, daun sirih, dan bunga kantil. Hingga akhirnya pada acara puncak yaitu tanggal 11 Mulud adalah keluarnya gunungan sekaten.

fotografer profesional dan amatir berusaha mengabadikan peristiwabudaya ini.
Pada sekaten kali ini ada tujuh gunungan yang dikeluarkan, dan dibagi ke tiga tempat yaitu Masjid Gede keraton Jogja, masjid gede keraton Pakualaman, dan Kepatihan.
Setelah didoakan dan kemudian dibawa keluar barulah gunungan boleh diperebutkan, maka selesailah rangkain acara sekaten tersebut.


Mereka yang mendapat bagian gunungan bahagia yang tidak kebagian selakan kecewa. Gunungan merupakan berkah, jika tidak berkah dari gunungan berarti silakan cari berkah di tempat lain. Dalam bentuk dan versi yang berbeda tentu saja.

4 komentar:

  1. foto kamu keren keren va,.,,.

    BalasHapus
  2. masih ada yang jual bolang-baling, telor merah & kapal othok-othok gak?

    asdb

    BalasHapus
  3. thanx

    ya ke jogja ajah taun depan.kita cari barng msi ada pa ga

    BalasHapus
  4. Wah hebat jadi kepingin menonton yang begini haaa..a.a.aa.
    mimpi kali ya

    BalasHapus