Ya ampyun ternyata yang namanya iklas tuh ga segampang diucapin. kata-kata. 'Aku iklas koq' ternyata ga selalu menggambarkan keadaan yang senernya. Kadang itu cuma topeng, bahwa sebenarnya saya marasa ga mampu merubah keadaan menjadi yang saya inginkan.
Saya tidak tahu kenapa, sebenarnya saya merasa dihukum -bukan diuji- atas kejadian demi kejadian yang menimpa saya belakangan ini. Seorang demi seorang kawan pergi. padahal saya merasa belum melakukan sesuatu yang manis dan berkesan buat mereka. Saat mereka masih bisa saya temui sering kali saya tak menganggap mereka ada. Barulah ketika mereka berpamitan, atau bahkan tidak kuasa mengucapkan kata pamit, rasa bersalah dan kehilangan itu menghantui saya.
Selama ini saya selalu merasa telah melakukan hal yang terbaik demi orang-orang di sekeliling saya. Demi orang yang mendukung keberadaan saya. Tapi nyatanya saya lebih sering sibuk dengan dunia saya, sibuk dengan apa yang saya inginkan, dengan apa yang kurang dan ingin saya miliki. Saya membuat rencana demi rencana dan menjalankannya tanpa melibatkan mereka.
Saat-saat seperti ini, saat saya nyaris tak mungkin meraih mereka untuk kembali, saya mencoba merasakan kebersamaan yang telah berlalu itu. Saya berusaha keras menarik seluruh ingatan saya untuk kembali ke masa itu. Tapi kenyataannya, saya seolah tak pernah ada di sana. Saya ingin memaki diri saya sendiri, tapi itu semua hanya semakin mndorong saya pada rasa sesal. Sahabat dan kawan-kawan yang saya sayangi telah berlalu dan pergi, dan yang tertinggal hanyalah nostalgia yang samar-samar.
Dan saya harus merelakan masa lalu, membiarkan berlalu. Tak lagi mengungkit-ungkit apa yang saya jalani dengan tidak sungguh-sungguh. Hal yang benar untuk saya Lakukan hanyalah belajar dari kesalahan. Selama masih ada kesempatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar