Ini tentang suatu kata pamit yang puitis namun tak jadi berakhir romantis.
Saat bangun pagi itu 12 Januari 2010, saya ingat betul ada kawan yang berulang tahun. Setelah basi-basi mengucap ulang tahun, barulah saya benar-benar menyadari kami akan jarang ketemu. Masa-masa menunggu yudisium udah lewat, tinggal wisuda di bulan april, dan kemungkinan dia ga akan dtg ke kampus lagi ampe hari wisuda. Yah, hilang satu lagi orang yang biasa mengisi hari-hari di kampus.
Bisa dibilang saya merasa sedih meskipun seharusnya bahagia. Setidaknya dia pergi karena lulus, bukan karena bosen kuliah.
Sore hari kami habiskan waktu bertiga, saya, teman yang dah ingin cepat-cepat menempuh hidup baru itu, dan seorang lagi kawan seangkatan yang masih menjelma sebagai sesama mahasiswa. Ia masih bercengkerama dengan tawa "sule"-nya. Capek ketawa kami tinggalkan base camp itu terkunci, mencari sesuap nasi ke bu kantin yang mau ngurusin kaum kere 'hore' seperti kami. Segala barang ditinggalkan begitu saja. Titik-titik air hujan mengiring langkah, dengan kecipak-kecipak genangan air dari orang-orang yang tak rela melepas masa kanak-kanak -macam kami.
Duduk bertiga. Kembali tertawa dengan update gosip yang sebenarnya dah basi "anak kandung dan peliharaannya". Ahh tapi sudahlah, itu cuma demi hiburan semata. Curahan hati tentang kisah cinta masing-masing seolah terlalu basi --basi adalah penghalusan dari istilah monoton, untuk orang-orang dengan banyak penggemar tapi nyaris tak laku sepertiku dan kawanku ini--, n menjadi bahan obrolan yang mengundang tawa, singkatnya adalah kisah cinta itu tinggalah lelucon.
Setelah perut kenyang, balik ke basecamp, masih bertiga. Masukin kunci ke lubangnya dan klek. Ga mau bergerak. Macet tanpa polisi jaga, runyam jadinya. Barang-barang masih ada di dalam. Cari obeng ke tetangga sebelah, cuma bisa buat nyopot gagang pintunya. Saat pak satpam melintas untuk kliling dengan sigap seorang kawan langsung laporan. Alhasil beliaupun dapat hiburan dengan dengan kami ditambah kunci yang mecet.
Empat orang mengerubuti pintu yang malang itu. Gagangnya copot, daunnya retak, dicongkel-congkel dan ditendang bergantian. Merasa terlalu sulit mencongkel dan sadis terhadap pintu itu akhirnya kami cuma bisa merasa salut terhadap para maling yang bekerja dengan cepat dan rapi. 4 jempol dari masiswa, 2 jempol dari sarjana, dan dua jempol dari satpam buat para maling sukses.
Akhirnya kusen kayunya pun ikut mengalami kemalangan. Sang pintu terpaksa dicongkel dengan linggis, dan kusen kayunya yang bercat putih baru namun sudah uzur menjadi korban kekerasan, sampe pecah pula. tak mengapalah toh pelakunya pak satpam...~...~.
Saat pintu selesai dicongkel hujan datang lagi. Melengkapi kesuraman hari yang beranjak malam. Sang sarjana pun mulai berpamitan dan berpetuah.
"Hmmm...kalian yang akur ya disini berdua. Kelangsungan base camp ini ada di tangan kalian."
"Iya kak," dengan nada agak sendu supaya pas dengan suasana.
"Kalo D merasa Av lebih dominan, lebih baik katakan saja. n sebaliknya kl Av merasa D terlalu menyerahkan tangguh jawab, diobrolin dan dibagi tugas ja."
Tunggu Pak Sarjana, Koq kayak konseling perkawinan yah? Iya nggak seh??
"Tetep keep contact aja yah kita."
Ini yang paling bener. Namanya juga kawan.
Akhirnya menangis-nangis ria. Dan akhirnya Pak Sarjana pamit mengejar bis ke rumahnya. Mengamtinya yang perlahan hilang dibalik tembok kampus. Mungkin yang terakhir kalinya.
Tinggal berdua di basecamp, lalu mulai memasang engsel gembok di pintu. Setelah selesai akhirnya satu kawan lagi pulang. Tinggal saya seorang diri mengingat-ingat sisa perpisahan barusan. Seorang demi seorang pergi, menempuh hidup barunya di dunia mahasiswa. Entah mengejar mimpi entah tersandung oleh realita dan tuntutan sosial. Huufh....life must go on.
Masa-masa berharga lewat sudah, tinggal saya harus menyusul kawan-kawan yang sudah mendahului. Toh hidup bukan untuk mengulang masa lalu --seindah apapun itu--, tapi menjalani sesuatu yang baru dan menjadikan jiwa lebih kaya.
"Av ending romantis memang tidak cocok untukku. Aku balik lagi. Kepaksa nginep sini. Coz ketinggalan bis," suara Pak Sarjana yang tinggal menunggu wisuda itu datang mengagetkanku.
Hhuuufh...memang tidak cocok untukmu kak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar