Jumat, September 16, 2011

Antara Auva, Guano, dan Yudhistira

Tanggal 16 sepetember 2011 sekarang, tapi yang ada cuma postingan jadul lagu. seolah hidupku berhenti di sana, saat berlangsung dan belum di posting, atau serasa terjadi barusan. bagiku yang penting proses berkaryanya, bukan kebaruannya. Toh aku menulis dan memposting bukan karena apa-apa, selain karena diriku sendiri mengatakan bahwa ada hal yang perlu di post kan.



Here they are.

 Hidup ini…mmmmm….subjektif. Suatu kesusahan bisa menjadi rasa syukur bagi orang lain, sedangkan kemudahan bisa sangat memuakkan.

29-30 Juli jadi camping penutup sebelum puasa. Menginap di bukit Nglanggeran bersama teman-teman Pawana SMA 1 Wonosari. Jumpa kawan-kawan lama dan kenalan dengan kawan-kawan baru.  Jadinya semacam reuni berbagai angkatan.

Pawana adalah nama dari ekstrakurikuler Siswa pecinta alam SMAN 1 Wonosari –sekali-kali menyebut almameter sendiri :P, tempat Av pernah bernaung bertahun-tahun lalu saat masih menjadi siswa.

Masih belum jauh dari parkiran sandal Swallow Av putus, untung Pak Paeran yang tinggal di bawah bukit berbaik hati meminjamkan sendalnya. Biarpun kegedean dan kurang nyaman tapi sanagt beruntung masih bisa melindungi kaki dari duri dan bebatuan.

Udara sangat dingin dan tak ada yang memakai tenda. Api unggun pun hanya dimanfaatkan untuk membakar kentang.Langit yang ditaburi bintang dengan terangnya dan sisi barat dihadapkan pada hamparan lampu kota yang membentang dari selatan ke utara beberapa orang kumpul mengitari api unggun berbagi bekal, membicarakan tentang cinta dan impian.


Cinta yang menjadi tema adalah seseorang yang setelah berpacaran selama 7 tahun akhirnya merasakan kenyamanan dengan orang lain, seseorang yang baru saja dijumpainya (siapa dia? Rahasia :D). Meski memutuskan untuk tetap bersama yang lebih dulu itu tapi orang baru itu begitu keras kepala bercokol di otaknya dan tak mau pergi. Akhirnya kami semua menuduhnya hanya ‘keterlanjuran’. Terlanjur menjalaninya 7 tahun, terlanjur banyak kata cinta dan janji diucap, terlanjur tebiasa dengn keadaan sebelumnya. Ternyata dia tidak terima dikatakan demikian. Tidak terima dituduh menggunakan asas ‘keterlanjuran’.

Sambil menikmati kentang bakar, susu ultra, dan langit yang sesekali dihias bintang jatuh pembicaraan melantur kesana kemari. Tentang teman yang depresi, merasa paling merana sedunia, dan mencari perhatian di mana-man, hingga impian yang terdengar konyol, bodoh, tapi manis.

Guano pengguna Nikon, Yudhistira Canon, dan Auva analog. Tiga orang dengan 3 kamera, tiga interest yang berbeda, dan tiga impian. Guano ingin mengabadikan tiap spesies di seluruh Indonesia, Yudhis ingin membuat peta seluruh Indonesia dengan skala 1:25.000, dan Auva ingin mengabadikan seluruh Kultur budaya yang ada di Indonesia.

Semunya terasa indah dan mungkin saat masih muda –atau setidaknya merasa muda-, dan semakin menyenangkan ketika berkumpul dengan orang-orang yang juga punya impian, merasa tak sendirian menjalaninya.

Pagi menjelang kami ber 3 berburu  foto ke puncak Nglanggeran dengan kamera masing-masing, dan menjadi autis sejenak tanpa saling mengganggu. mencoba mengabadikan dengan perangkat dan kemampuan masing-masing.



10 komentar: