Kamis, September 29, 2011

Berkah Pagi

Barusan datang seorang kenalan, numpang telpon. Karena ia di deketku mau tak mau terekam juga percakapan itu. Usai telepon aku bertanya padanya, apa yang terjadi.

Ceritanya adalah ia merupakan kakak sekaligus orang tua bagi 3 adiknya. Tak ada lagi bapak dan ibu. Adik laki-lakinya baru saja menikah beberapa hari lau. Setelah pernikahan mantan pacar istri adeknya mendatangi rumah  menyatakan ketidakterimaannya atas pernikahan tersebut serta melontarkan ancaman.
Kenalanku ini selaku seorang kakak ia membela adiknya. Menantang pria itu untuk bertandang ke jogja. Rencana selanjutnya belum tahu, yang jelas ia pikir akan lebih aman jika melawan di kandang sendiri alias di Jogja. Hehehehe….

Semuanya ia lakukan atas tanggung jawabnya sebagai seorang kakak tertua. Ia sendiri malah belum menikah, belum sempat memikirkan dirinya sendiri katanya, karena ia belum melihat adek-adeknya mandiri, sungguh tak dapat meninggalkan adek-adeknya dalam keadaan seperti sekarang.
Karena alasan itu pula bahkan ia menelantarkan ijasah sarjana teknik mesin yang ia peroleh susah payah dan nyaris drop out karena keterbatasan biaya, sebab kesempatan kerja untuk lulusan teknik mesin agak sulit. Ia memilih tetap di jogja demi adek-adeknya.

Seketika aku dilanda rasa malu. Apa yang sudah kulakukan dalam hidupku. Kemana kuhabiskan waktuku? 

Ia seperti lilin yang rela hangus terbakar dan musnah demi menjadi penerang bagi orang lain. Sejak saat itu aku memandang dia sungguh berbeda, bukan seperti saat pertama aku bertemu, bahkan bukan seperti saat dia masuk dan meminta ijin untuk numpang telpon. Ia adalah manusia yang memperjuangkan apa yang ia yakini.
Salut untuk cintamu pada keluarga kawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar